hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | Gubuk Jupiter | Gubuk Jupiter |
Google
 
BERBAGI KISAH... KISAHMU, KISAHKU & KISAH KITA

Senin, 22 Oktober 2007

A Little Secret Between Moon and Earth - Part 2


A Little Secret Between Moon and Earth-Part 2
Ditulis oleh : JupieZee
Pada tanggal : 22 Oktober 2007


Di atas sana, sosok jelita itu terus saja melesat tinggi. Tak perduli dengan sang bayu dan kegelapan malam yang mulai menghajarnya. Dia harus bisa sampai ke bulan. Setelah hampir satu windu menghilang, malam ini juga, Bunny harus segera di antarkan kembali ke bulan! Itu tekadnya.

Malam merangkak, pelan. Dinginnya angin mulai menusuk tulang. Dirapatkan sang kelinci ketubuhnya. Wajahnya beku ditampar dinginnya malam. Dia mulai kelelahan. Berkali-kali dia terpental akibat melaju kencang melawan arah angin. Berkali-juga dia tergelincir dari sapunya karena menahan kantuk yang mulai menyerang.

Bersamaan dengan mengganasnya sang penguasa malam, titik-titik embun mulai bermunculan. Jemarinya yang menggenggam erat tangkai sapu, perlahan mulai menjadi kaku dan mati rasa. Pipinya terasa menebal. Pakaian gipsy yang membaluti tubuhnya tidak sanggup lagi menahan rembesan embun dini hari dan membuatnya lembab. Ia mulai menggigil hebat, kedinginan.

"Aku harus bisa..." desisnya lirih namun penuh dengan rona keputus asaan. Dibungkukkan tubuhnya kedepan merapat pada tangkai sapunya. Ia kembali menerjang angin dan pekatnya malam. Tapi kali ini dia terpental lebih jauh. Sesaat dia mulai putus asa. Dengan terbang yang mulai terseok-seok, dia kembali berusaha untuk mencari arah, yang sempat mengabur. Tiba-tiba dia berhenti di udara. Mulai terisak. Ditatapnya bulan yang tenggelam di balik selubung kelam. Tak ada lagi cahaya bulan yang menuntun arah terbangnya. Diangkatnya sang kelinci tinggi-tinggi.

"Lihat! Bahkan sang Empunya malampun enggan bersahabat dengan kita!" lengkingnya seraya menunjuk ke arah bulan yang tersaput kabut.
"Aku rasa, aku tidak sanggup lagi, Bunny... Aku lelah... Letih sekali." Bunny hanya balas menatap dengan mata polosnya. Si gadis gipsy terenyuh melihat tatapan kelinci yang seolah mengerti segala keputus asaannya itu, dipeluknya kelinci putih tersebut erat-erat.

"Jangan khawatir, Bunny. Kita pasti bisa! Tapi sekarang kita harus istirahat dulu, tubuhku mulai membeku. Aku butuh kehangatan dan tempat untuk sekedar berbaring." ujarnya seraya mengamati pemandangan yang terhampar di bawah.

Perlahan dia mulai terbang lagi, tatapannya mencoba mencari-cari. Tapi tidak satu kehangatan pun, yang dijumpainya. Rasa kalut mulai menghampirinya. Ketika kepanikan mulai memuncak, perlahan kabut dibawah sapunya mulai terkuak. Si gadis gipsy terpekik gembira sambil melepaskan pegangannya dari sapu. Hampir saja dia jatuh terjungkal kalau tidak cepat-cepat menyambar tangkai sapunya kembali. Dimantapkan hatinya. Pandangannya tertuju pada satu tanda kehidupan yang masih bersinar di bawah sana. Satu-satunya tanda kehidupan yang masih terlihat. Dia mulai tersenyum.

"Nah, Bunny! Ada kehangatan dibawah sana!" Ia melesat bak anak panah yang dilepaskan dari busurnya, menukik turun. Mendekap erat kelinci, menyipitkan mata dan menajamkan penglihatan. Dinginnya angin yang kembali menampar wajah dan tubuhnya dengan membabi buta, tidak lagi dihiraukan. Harapannya cuma satu, segera sampai di tempat yang dituju.

"Wah! Harusnya tadi aku pinjam kaca mata pilotnya bibi Gwendollin, Bunny!" selorohnya keras melawan lajunya deru sang Bayu.

Tanda kehidupan itu semakin terang. Terang bagaikan bintang timur yang menghiasi langit malam. Tanda kehidupan yang berasal dari sebuah kamar yang terletak di lantai dua rumah tersebut.

Sang gipsy bersembunyi diantara rimbunnya daun pepohonan. Matanya tak berkedip, mengamati setiap gerak gerik yang ada. Sepi. Kembali diarahkan pandangannya ke sumber cahaya tersebut. Pikirannya dipenuhi oleh kehangatan. Kehangatan sehelai selimut dan seonggok bantal. Dari balik jendela yang terbuka lebar, dia melihat seseorang yang bertampang macho tengah tenggelam dalam bola kristalnya. Dia heran melihat bola kristal yang di miliki orang tersebut. Bola kristalnya berbentuk kotak, tidak bulat seperti milik bibi Gwen. Jari jemari si pemilik kotak kristal tersebut menari-nari di atas sebuah papan yang aneh.

"Pasti dia sedang merapal mantra!" desisnya menduga-duga. Beberapa saat kemudian dia terpana dengan sesuatu yang muncul di kötak kristal tersebut. Seorang wanita cantik mulai memamerkan berbagai macam gaya, di iringi sebuah senandung merdu yang mengalun dari bibirnya. Sekejap si gadis gipsy terpesona mendengar alunan merdu tersebut. Laksana terhisap aliran magnet, tanpa sadar dirinya mulai melayang melewati jendela dan masuk ke dalam ruangan yang penuh dengan kehangatan itu.

Dengan anggun, dipijakan kakinya di karpet hijau ruangan tersebut. Udara hangat langsung menerpa pori-pori kulitnya. Sambil menghela nafas lega, diletakkannya Bunny di dalam keranjang yang kelihatan sangat pas untuknya. Setelah menyembunyikan sapu terbangnya, kemudian si gadis gipsy mulai melangkah mendekati pembaringan yang sejak di atas tadi begitu di idamkannya. Perlahan dia mulai merebahkan tubuhnya di balik selimut tebal yang terhampar di atas pembaringan tersebut. Sekejap aliran darah di tubuhnya mulai terasa lancar kembali Rasa lelah dan kantuk yang hebat kembali menyerang. Senandung merdu yang mengalun menambah rasa nyaman, dia terbuai. Beberapa detik kemudian dengkuran halus mulai keluar dari bibir tipis gipsy jelita tersebut.

Kent tersentak kaget, ketika telinganya mendengar suara aneh dari arah belakang tubuhnya. Serta merta dia menyambar pemukul baseball yang terletak di dekatnya. Penuh keheranan, dia mulai mengedarkan pandangan seraya menajamkan pendengaran.

Pandangannya tertuju pada sesuatu yang teronggok di balik selimutnya. Perlahan-lahan dia mulai melangkah sambil mengacungkan tongkat pemukul. Ditariknya pelan selimut tersebut sambil mulai mengayunkan tongkat pemukul yang ada di genggamannya, tiba-tiba satu makhluk putih kecil melesat, menabrak ayunan tangannya. Gubrak! Seketika tongkat pemukulnya terpental mengeluarkan suara berisik di ruangan tersebut. Mendapat serangan yang tiba-tiba tersebut, Kent terkejut. Matanya melotot, ke arah makhluk putih berbulu lembut yang langsung lari menghilang di balik pintu. Belum sempat Kent meredakan kekagetannya, tiba-tiba dari balik selimut satu sosok jelita menguap lebar di hadapannya, Kent terpana.

to be contiued..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sign by Dealighted

Sign by Dealighted