hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | hitamputih blog kita | Gubuk Jupiter | Gubuk Jupiter |
Google
 
BERBAGI KISAH... KISAHMU, KISAHKU & KISAH KITA

Jumat, 12 Oktober 2007

A Little Secret Between Moon & Earth_Part. 1_Oleh JupieZee




A Little Secret Between Moon and Earth
Ditulis oleh : JupieZee
Pada tanggal : 12 Oktober 2007

Malam ini tidak seperti biasa, dinginnya kota sama sekali tidak terasa. Peluh yang membasahi sekujur tubuh Kent, tak hentinya bercucuran. "Gila! Baru malam ini aku benar-benar mandi keringat, ada apa gerangan dengan alam ini? Apakah ada hubungannya dengan bencana yang beberapa tahun belakangan, melanda negeri ini?


Sepintas dicobanya mengintip jendela BMG. Menurut ramalan cuaca mereka, malam ini, cuaca kota seharusnya berawan (Akhh... Manusia! Sepintar-pintarnya mereka, tetap saja tidak akan pernah bisa memprediksi segala sesuatu yang sudah menjadi kehendakNYA). Melalui sudut mata, diliriknya jam yang ada di pojok bagian bawah komputernya, sudah menunjukkan dini hari. Wah! Dia lupa, kalau ternyata seharian ini perutnya belum diisi apa-apa. Untuk menjinakan orkestra di lambungnya, dia harus terjun lagi dan bergelut dengan perabot dapur. Maklum, resiko hidup sendiri. Inilah salah satu penyebab mengapa dia sering lupa untuk memenuhi kewajiban, dalam memelihara ternak-ternak yang ada di perutnya.

Membayangkan kerepotan bergelut di dapur, akhirnya Kent kembali mengalihkan perhatian dan konsentrasinya terhadap satu project yang sudah dua minggu ini sanggup membuat malam-malamnya larut dalam dunia yang bagi orang kebanyakan, nampak tidak nyata. Hm... Lumayan! Beberapa point yang sebelumnya sempat membuat kepalanya seolah hendak meledak, sudah mulai bisa dipecahkannya.

Sejenak dia mencoba memikirkan langkah selanjutnya yang mesti dikerjakan. Blank! Otaknya sama sekali tidak mau diajak kompromi. Tak satupun ide baru yang mampir ke dalam kepalanya.

Setelah termenung beberapa saat, kemudian dinyalakannya sebatang mild, berharap dengan begitu ide-ide brilliant akan segera terpancing keluar. Namun, usahanya tersebut, nihil! Sudah dua batang dihabiskan, tapi tak satupun ide baru yang terundang, isi kepalanya sudah terlanjur suntuk oleh rasa gerah yang mengganggu konsentrasinya.

Dalam bimbang, dia mencoba menikmati kepulan demi kepulan asap yang menemani kesendiriannya. Alam bawah sadarnya mulai menangkap suara-suara yang sudah tidak asing lagi. Suara misteri itu begitu menggema di telinga. Semakin lama terasa semakin dekat menghampiri. Sejenak dia terdiam, mencoba untuk meresapi makna dari suara misteri tersebut. Tatapannya kosong memandang layar kaca yang terpampang di hadapan, jidatnya berkerut-kerut, tangannya menggaruk-garuk kepala yang sebetulnya tidak gatal. Tanpa sengaja ekor matanya menangkap ada cahaya yang berkelebat. "Apaan, tuh?" pikirnya spontan. Dengan penasaran dia langsung berdiri, dan mencoba menghampiri asal datangnya cahaya tersebut. Namun, terlambat! Cahaya tadi, sudah terlanjur lenyap.

Masih penasaran, dia duduk kembali di singgasananya yang sudah tidak empuk lagi. Kepulan asap dari batang ketiga yang baru saja dikeluarkan, membuat nafasnya jadi tersedak, ketika dirasakannya ada suatu benda tajam yang menusuk pantatnya. "ADUHH!!!" dia terlompat, kaget. "Apa lagi, nih!" gumamnya sambil menjumput satu benda yang ternyata, sebuah jarum yang menancap di bagian pinggir singgasananya.

Di saat yangbersamaan cahaya putih yang tadi, berkelebat kembali. Kali ini, Kent benar-benar tidak mau kecolongan lagi. Dengan sigap, diikutinya arah perginya cahaya tersebut. Nasib baik sedang berada dipihaknya. Di pojokkan loteng rumah miliknya, terlihat ada sesosok makhluk jelita berpakaian ala gipsy, menatapnya dengan penuh kehangatan. Kedua tangannya memeluk seekor kelinci putih, sementara kedua pahanya mengepit sebuah sapu. Sambil tersenyum, dia mulai melayang mendekati Kent. Sekejap Kent terpana menatap keindahan yang hadir di hadapannya.

Setelah berdekatan, tanpa sungkan-sungkan gadis jelita itu langsung mengecup lembut kedua pipinya. Diambilnya jarum yang ada disela jepitan jemari tangan Kent.

"Ini punya kami... Saat terbang tadi, tanpa sengaja jarum ini terjatuh dari saku bajuku. Maaf sudah mengganggu! Aku harus segera pulang, dan mengembalikan kelinci ini kembali ke bulan." ucapnya manis.

Ketika untuk kedua kalinya gadis jelita itu mengecup lembut kedua pipinya. Kent masih tak bisa berkata-kata. Dia hanya diam terpana, menyaksikan dengan secepat kilat, gadis gipsy yang ada di hadapannya kembali terbang ke udara. Semakin lama semakin mengecil. Dan kemudian, menghilang ditelan gelapnya malam.

*** [Part. 1] ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sign by Dealighted

Sign by Dealighted